SEKOMED: Seputar Kota Medan

Majalah Sobek Untuk Tugas Kliping

Label:
Taman Bacaan yang bertetangga dengan Rumah Billiard

Medan _ (SEKOMED) Pernah dengar istilah “majalah sobek” kan..? Majalah yang isi halamannya disobek lalu dijual. Ini lah salah satu yang laris dibeli pelajar di Taman Bacaan Desa Medan Estate.

Majalah sobek sering dicari anak sekolah, umumnya yang sedang mengerjakan tugas kliping. Majalah sobek memudahkan pelajar dalam mengerjakan tugas sekolahnya. Proses pembeliannya terbilang unik, karena pembeli terlebih dahulu memilih topik yang dicari dengan melihat rubrik yang ada dihalaman depan majalah. Setelah ditemukan, halaman yang berisikan topik yang dicari disobek, kemudian dibeli. Perlembarnya dijual pak Charles Rp.500-,00. “Contohnya, kamu mencari topik tentang lingkungan di Majalah Tempo. Lihat di daftar isi, yang halaman 96 ini mengenai lingkungan. Lalu kamu baca. Kalau cocok, kamu sobek halamannya,” jelas pak Charles kepada wartawan.

Selain majalah sobek, majalah bekas, tabloid, Koran bekas dan novel termasuk yang paling banyak dicari pengunjung. Untuk tabloid dan Koran bekas diberi harga rata-rata Rp.1000-,00. Sedangkan majalah bekas dan novel dihargai rata-rata Rp.15.000 – Rp. 20.000-,00. Namun untuk buku pelajaran, khususnya buku sejarah dan buku budaya masih sangat minim karena belum ada pemasok yang tetap. Ketika ditanya mengenai bantuan buku oleh pemerintah, pria berkumis tebal ini mengatakan belum mengajukan proposal kepada pemerintah. Selain minimnya buku bacaan, di taman bacaan, buku masih hanya bisa dibaca di tempat, pak Charles belum menyediakan jasa sewa buku dikarenakan kurangnya tenaga bantu.

Taman Bacaan Desa Medan Estate dibangun oleh pak Charles pada Januari 2008 yang lalu di jalan Selamat Ketaren. Letaknya, di sekitar Universitas Medan (UNIMED). Lebih tepatnya lagi diantara beberapa warung nasi dan rumah billiard yang berada di sisi sebelah kanan kampus UNIMED. Niatnya ini bermula atas keprihatinannya terhadap pelajar-pelajar yang tidak mampu membeli buku. “Karena tidak semua orang mampu membeli buku, makanya saya buka taman bacaan ini. Lagipula anak-anak sekolah dan mahasiswa di sekitar sini banyak yang senang membaca”.

Taman bacaan ini terlihat berantakan pada pagi itu. Kebetulan pemiliknya sedang memperbaiki pintu masuk yang sudah lapuk. Belum ada pengunjung pada saat itu. Hanya saja seorang guru sedang membeli buku pelajaran di toko yang juga milik pak Charles yang berada samping taman bacaan. Bu Riama Sirait, guru Biologi SMA 1 Percut membeli 4 buku Biologi terbitan Erlangga untuk dua orang anaknya. Dia sudah tiga tahun lamanya berlangganan di toko yang diberi nama Dorris ini. Bu Riama menceritakan, pernah suatu hari ia mengajak semua murid kelas X-1 sampai X-VII membaca dan membeli buku di sini. “Saat itu waktu pulang sekolah, semua murid saya ajak kemari.”

Taman bacaan yang berdindingkan papan dan beratapkan seng ini bertetangga dengan rumah-rumah billiard di sekitarnya. Suara-suara house musik dangdut menembus dinding-dinding papan taman bacaan. Ditambah lagi suara pukulan dan gulingan bola billiard menambah gaduh suasana. Namun menurut pak Charles, hal ini tidak menyurutkan minat baca pengunjung.
(ipan)
0 komentar:

Posting Komentar

Rubrik

Followers